"Kapan nikah?" Pertanyaan ini seperti pertanyaan jaksa bagiku saat ini. Pertanyaan ini jadi pertanyaan yang sulit kujawab. Sulit karena banyak hal yang masih merintangi. Masalah utama yang menghalangi adalah diri ini belum sanggup menjadi pemimpin, bukan masalah materi. Kalau masalah materi tidak terlalu dirisaukan, sebab ku yakin rezeki masing-masing manusia sudah ditetapkan Ilahi.
Asal tekun berdo'a dan ikhtiar menjemput rezki, pasti mendapatkan rezki. Kalau sekedar menuruti kehendak hati dan keluarga, tentu menjawab pertanyaan, "Kapan nikah?" bukan hal yang sulit. Tinggal bilang "mana calon yang mau kulamar?". Namun, diri ini tak ingin wanita yang kupinang menyesal mendapatkan suami seperti diriku. Dari luar kelihatan diriku sudah cukup baik dan sanggup untuk menikah. Jauh dilubuk hati juga ingin menikah. Tapi mengingat diri ini masih banyak kekurangan, yang membuat diri ini belum berani melamar. Satu hal yang paling membuat diri ini masih enggan menikah adalah, kemampuan memimpin diri sendiri yang masih lemah. Jujur untuk memimpin diri shalat wajib lima kali sehari dengan tepat waktu masih belum bisa, terkadang malah ada bolongnya.
Namun sampai kapan diri ini terus begini? Hmm..memang sudah saatnya mengajukan pertanyaan ke diri sendiri, "kapan nikah?". "Mau sampai kapan lalai begini?". Kalau terus begini, bisakah kau menjauhkan keturunan mu dari neraka?"
No comments:
Post a Comment