Kelapa condong, adalah pohon kelapa yang tumbuhnya miring atau tidak tegak lurus keatas. Pohon kelapa seperti ini jika tumbuhnya di tepi pekarangan anda, walapun batangnya anda yang punya namun jika berbuah buahnya akan ada dipekarangan tetangga. Hal ini tidak jauh dengan keadaan negara kita saat ini. Walaupun hasil bumi seperti minyak bumi, gas, dan berbagai logam mulia adanya di tanah air kita. Namun yang kenyang dan menikmati hasil terbesar adalah pihak asing dan para koruptor. Walaupun sudah ada undang-undang dasar yang memagarnya berbunyi "Hasil bumi dan turunannya adalah milik negara dan dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat". Namun pelaksanaannya tetap saja seperti memagar pohon kelapa condong.
Banyak alasan yang bisa penulis tuliskan kenapa opini penulis mengambil majas kalimat "seperti memagar kelapa condong" untuk perumpamaan keadaan negara kita saat ini. Lihatlah pada sektor migas. Sampai 2025 nanti pihak asing masih akan bebas menikmati kekayaan alam negeri kita ini. Dengan banyak alasan kontrak jangka panjang, investasi ekplorasi, dan segudang alasan lainya. Walaupun sudah ada pagar undang-undang migas, namun tetap saja yang menikmati hasil paling besar adalah pihak asing. Padahal untuk biaya operasional juga ada aliran dana dari APBN.
Sebenarnya kalau kita jeli, walaupun tidak mudah. Dominasi asing ini bisa kita kurangi secara bertahap. Jawabannya adalah dengan menyelesaikan penyebab masalah dari akarnya. Kalau akarnya kurang tenaga ahli dan teknologi pendukung. Maka sebaiknya penanganannya adalah dengan menambah dan mempertahankan tenaga ahli dari dalam negeri. Bisa juga dengan program kerjasama alih teknologi. Tapi entah kenapa untuk itu sangat sulit dan dibuat sulit. Padahal kalau para elit pembuat keputusan benar-benar memikirkan amanat undang-undang "mementingkan kesejahteraan rakyat", tentunya ada banyak celah untuk menekan pihak asing yang punya teknologi untuk alih teknologi. Untuk alasan kurangnya tenaga ahli sebenarnya saat ini sudah bisa dikatakan alasan yang tidak logis.
Tidak logis karena sebenarnya negeri ini kaya akan sumber daya manusia. Andai para calon tenaga ahli dan tenaga ahli negeri ini bisa dicukupkan fasilitasnya. Tentu para tenaga ahli ini akan betah dan terpacu untuk memajukan negeri ini. Tapi kenyataannya tenaga ahli negeri kita diberbagai bidang ilmu malah berkiprah dan memajukan perusahaan asing. Karena negeri ini kurang memperhatikan dan mengakomodir kebutuhan mereka. Kalau budget untuk fasilitas labor, tunjangan kesejahteraan peneliti, beasiswa pendidikan, dan biaya riset seakan dinomor duakan (cendrung dibajak). Tapi kalau budget untuk plesiran keluar negeri berkedok kunjungan kerja dan studi banding akan sebisa mungkin diperjuangkan serta dianggarkan oleh elit negeri ini.
Padahal kalau benar mau kunjungan kerja, kenapa yang diutus bukan tenaga ahli dibidangnya?. Kalau benar studi banding, kenapa tidak mahasiswa berprestasi yang dibawa kesana?? Bukankah yang akan mewarisi dan melanjutkan perjuangan bangsa ini mereka para pemuda?? Semua kejanggalan ini cuma jadi pertanyaan yang entah kapan ada jawaban yang masuk akal.
Makanya cocoklah istilah seperti memagar kelapa condong untuk keadaan negeri kita saat ini.
No comments:
Post a Comment